Habib Hasan bin Ja'far Assegaf adalah salah satu guru di alam ruh ketika saya masih belajar di kota Tarim. Hampir setiap hari saya mendengarkan Habib Hasan ketika dahulu al faqir satu kamar dengan Ustadz Muhyidin. Letak kamar beliau jauh di luar area pondok di bangunan yang baru. Ketika itu saya pindah ke salah satu kamar dan ketika itu sedang mencari teman. Akhirnya saya melihat dan memandang dari teman-teman di sekeliling saya waktu itu, Allahualam Allah memberikan saya memiliki ketertarikan untuk memilih Ustadz Muhyidin. Jadi dulu waktu di pondok pesantren di Tarim, kalau sudah sama habib dengan habib, kiyai dengan kiyai, madura dengan madura, jawa dengan jawa, ketika saya memilih Ustadz Muhyidin semua habaib melototin, "Mar, Lu beneran milih Muhyidin. Lu beneran milih ahwal sekamar sama lu" ucapan yang lainnya ketika itu. Peristiwa yang aneh saat itu karena saya satu-satunya seorang habib di rubath Tarim yang memilih teman kamarnya seorang ahwal. Dari ketertarikan yang Allah berikan kepada saya untuk memilih beliau, subhanallah hidup saya berubah 1000%.
Bagaimana seorang Ustadz Muhyidin beliau mengambil tata cara bagimana untuk bergaul, berkomunikasi dengan saya percis seperti yang diajarkan oleh Habib Hasan kepadanya. Pada saat itu beliau bisa menjadi seorang ayah bagi saya. Beliau bisa menjadi guru bagi saya. Bisa menjadi seorang saudara bagi saya. Bisa menjadi seorang teman bagi saya. Semua apa yang beliau dapatkan dari Habib Hasan, beliau praktekan langsung kepada saya. Berubah pola pikir yang saya miliki dan hampir setiap hari saya mendengarkan kisah Al Habib Hasan bin Ja'far Assegaf di Tarim.
Ketika Habib Hasan datang ke Tarim 2 kali pada saat itu, saya tidak bertemu padahal beliau sedang di Darul Musthofa. Satu guru yang saya ngefans yang ada di Indonesia pada saat itu Habib Hasan cuman ketika beliau di Tarim saya tidak bertemu. Karena saya sudah dirangkul oleh Ustadz Muhyidin, kalau kamu ingin perantara lewat saya dahulu nanti ketemu dengan Habib Hasan. Belum saatnya kamu bertemu Habib Hasan.
Bayangkan jarak beliau dekat dengan saya ketika itu di Tarim tapi saya tidak diberikan izin oleh Ustadz Muhyidin untuk bertemu dengan Habib Hasan. Ketika sudah pulang ke Indonesia barulah diberikan izin dan alhamdulillah.
Dulu saya adalah anak yang paling kecil ketika mondok waktu itu saya berumur 12 tahun. Gus Hafidz ini yang menemani saya sholat subuh waktu itu saat saya terlambat.
Pernah suatu hari saya ketiduran di kamar, akhirnya mau datang ke masjid takut karena matahari sudah terbit. Akhirnya saya ragu-ragu dan berfikir walaupun datang telat dapat barokah. Diperjalan saya melihat Habib Salim bin Abdullah Assyatiri beliau sedang duduk, biasa beliau sehabis sholat subuh terus membaca wiridnya terkadang sambil tiduran. Kalau kita hendak ingin pergi ke halaqoh harus melewati Habib Salim. Akhirnya saya lewat pas mendekati Habib Salim, beliau terbangun dan saya dipanggil oleh beliau, "Kenapa kamu telat, sini datang" Kata Habib Salim. Kemudian di tanya Habib Salim, "Kamu sudah sholat subuh belum?". "Belum habib" jawab saya terbata-bata waktu itu. "Ini sudah jam berapa? kamu belum sholat subuh?" kata Habib Salim dan kemudian bangun mengambil tongkat hendak memukul saya ketika itu. Dan datanglah Suyuti ahli khidmat beliau untuk menenagkan beliau. Pada saat itu suyuti sedang mengajar halaqoh pada saat itu bersama Gus Hafidz. Kemudian Habib Salim berdiri dan menyuruh sholat di depan seluruh orang yang ada waktu itu. Pahit-pahit manis lah pengalaman waktu itu.
Alhamdulillah pada malam ini kumpulkan saya dalam majlis yang penuh berkah, penuh hikmat, majlis yang banyak mendapatkan nadzroh dari salafunasholihin, berguru dengan para guru-guru mulia dan insya Allah guru-gurunya mendapatkan nazroh dari guru-gurunya terdahulu sampai kepada Rasulullah SAW.
Dikutip dari Habib Umar bin Syahab, Burdah 21 Juni 2022.