Semua orang pasti beramal di alam dunia. Tapi amalnya sama tidak amal kita dengan amalnya para wali Allah, sama amalnya orang-orang yang diridhoi Allah dan sama amalnya orang-orang yang dicintai Allah?
Kita baca Qur'an, baca kita riya. Kita sholat, sholat kita ingin hajat. Kita ngaji, ngaji kita ingin tenar.
Amal-amal kita sudah tercampur dengan dunia. Amal-amal kita sudah termasuk dengan penyakit hati. Penyakit sombong, penyakit riya, penyakit hasut dan penyakit-penyakit lainnya. Dimana amal ini tidak bisa menyampaikan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan tujuan hidup di alam dunia ini adalah untuk berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. Sehingga nanti wafat bisa memandang wajah Allah Subhana wa ta'ala.
Amal-amal yang kita punya, kalau kita tidak mengikuti para sholihin maka amal tersebut akan rusak atau hancur.
Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas, Sayyidina Syekh Abubakar bin Salim, Sayyidina Faqihil Muqoddam dan semuanya mereka para sholihin mempunyai maghom-maghom yang luar biasa.
Seperti Maghom Kanziah, Maghom ini dimiliki oleh Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas. Maghom ini juga dimiliki oleh anak cucu keturunan Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas.
Mereka ini bisa mendapatkan maghom-maghom yang luar biasa. Lalu maghom kita apa? Real Madrid? Maghom kita maghrom bola, bangun jam 2 sampai jam 3 duduk di depan tv cuman menunggu 1 gol sampai begadang-begadang. Mereka para salafunasholih begadang baca Qur'an, tahajud, berzikir dan bersholawat kepada Habibuna Muhammad SAW.
Maghom kita, Maghom bola sekalian ibadah pengen hajat. Mau punya rumah, tahajudnya luar biasa khusyuknya minta ampun. Apalagi pengen kawin, bagian ada doa qobulin hajat tangannya diangkat paling atas. Tanda jomblo pengen buru-buru kawin.
Jadi niatnya itu karena dunia. Padahal kamu tidak perlu ucapkan Allah sudah tau yang penting amalnya seperti amal mereka dahulu. Pengen punya rumah, pengen punya mobil bagus, pengen punya banyak duit. Amalnya mesti seperti mereka dahulu.
Amal yang ikhlas. Amal yang kamu ibadah kamu tidak hitung-hitungan. Mau kamu punya duit atau tidak punya duit tetep majlis. Kamu punya duit atau tidak punya duit, tetep nikah.
Kalau kita ikhlas seperti para auliya lihatlah Sayyidina Syekh Abubakar bin Salim. Hadramaut itu kalau datang dingin kulit pecah-pecah. Jangankan kamu jalan, tidak jalan pun kulit kamu pecah-pecah. Dia itu mengisi bak air lebih dari 300 Masjid di Tarim jalan kaki sampai berdarah-darah kakinya tiap hari sampai dia punya bak masjid penuh tidak ada yang tau.
Lihat Syekh Abubakar bin Salim bagaimana ia mengabdikan dirinya untuk ibadah. Berkilo-kilo masjid sampai berdarah-darah kakinya ia tidak bosan. Kamu baru kehujanan dikit, gerutu. Apalagi kalau ada barangnya yang hilang, gerutu gak habis-habis. Intinya gerutu, itu tidak ikhlas. Biarin aja, Ini kakinya berdarah-darah tidak ngomong Syekh Abubakar bin Salim. Berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun dia tidak bilang kecuali orang yang tau.
Ini tidak aneh cerita Syekh Abubakar bin Salim karena amalnya ikhlas karena Allah Subhana wa ta'ala. Ini baru amal doang belum yang lain-lain. Amal aja kita kurang banyak ikhlasnya, riyanya, ujubnya udah tercampur. Makanya supaya kita mempunyai amal-amal seperti mereka? Setiap amal-amal kita jangan lupa kita membaca al Fatihah untuk mereka.
Ini Wirid Habib Ali bin Husein Al Attas. Siapa beliau? Beliau biasa dipanggil Habib Ali Bungur. Habib Ali Bungur dapat ijazah dari siapa? Di dalam al Qirtos Habib Ali Bungur dapat ijazah langsung dari guru-gurunya yang mana kalau mau duitnya tidak habis-habis sebelum subuh dia baca, "SUBHANALLAH WABIHAMDIHI SUBHANALLAHIL AZHIM ASTAGFIRULLAH" - itu ijazahnya.
Kalau Habib Hasan pribadi diijazahkan oleh Habib Muhammad bin Muhsin Al Attas, kalau kamu membaca "SUBHANALLAH WABIHAMDIHI SUBHANALLAHIL AZHIM ASTAGFIRULLAH" jangan lupa di akhir tutup alfatihahnya "ALAMANAWALA HABIB ALI BIN HUSEN BIN JA'FAR AL ATTAS".
Begitu juga ketika membaca Al Qur'an, "ALAMANAWALA ASHABHUL RASULILLAH WA AULIYA ILLAH WA JAMI' MUTASYABI'ILAIH KHUSUSSON ILA ARWAH (SEBUTIN AULIYA) WA JAMI' AULIYA MINMASYARI ILA MAGHORIBIHA WALAMANA WA SALAF QORONA QURANUL KARIM WA ILA HADROTIN NABI MUHAMMAD SAW".
Itu yang dibilang amal kita Insya Allah diterima oleh Allah SWT. Kalau kita sambungin itu amal dengan amal orang-orang sholeh terdahulu. Karena amal kita mau S1,S2,S3 kalau kita tidak tempelin tidak akan sampai amal kita kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Seperti surat tanpa perangko. Kalau surat itu sudah dibuat bagus dengan tinta emas tapi tidak ada perangkonya tidak akan sampai kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Perangko itulah yang menyampaikan kamu kepada junjungan kamu begitupula Al Fatihah. Fatihah-fatihah yang kamu baca itu seperti perangko yang kamu taruh disurat kamu. Tinggal yang stempel mereka, mereka mau stempel tidak? Kalau sudah di perangko tapi belum di stempel belum sampai juga. Jangan cuman fatihah sekali. Setiap sholat kita baca fatihah, setiap baca Qur'an fatihah, kalau baca ratib fatihah untuk mereka, baru mereka kenal sama kita. Kalau mereka sudah kenal sama kita, stempel suratnya. Kalau sudah di stempel sampai gak suratnya? sampai.
Yang mahal selain perangkonya tadi yaitu stempelnya. Oleh karena itu, Ilmu seperti ini tidak akan kamu dapat kecuali ada kamu dapat pada keluarga Nabi Besar Muhammad SAW. Ilmu ayah-ayah kita terdahulu, ilmu kakek moyang kita terdahulu agar kita punya amal tidak sia-sia.
Di akhir zaman ini banyak orang yang capek. Baca Qur'annya hebat-hebat. Amal-amal sholehnya banyak tapi dia tidak punya prangko dan stempel. Karena dia tidak kenal, mengerti dan paham. Akhirnya dia punya amal tidak sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Jangan sampai kita duduk di tempat para habaib kita tidak tahu baca maulid ini sampai tidak kepada Rasulullah SAW? Tentu sampai, karena kita pakai prangko dari Al Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al Habsy. Nah sholawat kita diterima tidak sama Rasulullah? Gimana shohibul maghom Habib Ali Al Habsy laporannya kepada Nabi Muhammad SAW.
Kalau dia hadir dateng duduk dilihat satu per satu betul-betul kamu punya rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW maka akan disampaikan cinta itu kepada Nabi Muhammad SAW.
Dulu saya diajarkan oleh guru-guru saya, kalau kita membaca ratib kita akan mendapatkan suatu kebahagiaan-kebahagiaan luar biasa. Ini terbukti, ini adalah kramat dari Habih Umar bin Abdurrahman Al Attas.
Satu buktinya, ketika itu saya ke Hadramaut dan waktu itu saya ketinggalan pesawat al hasil saya harus membeli tiket pesawat kembali sedangkan duit saya sudah habis dan saya harus membayar untuk 3 orang. Saya cuman teriak satu nama, ya Habibana Umar bin Abdurrahman Al Attas. Dulu nenek saya pernah bilang kalau kamu susah-susah teriak, "Yaa Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas..." Saya teriak ketika itu...
Tidak lama setelah saya teriak, datanglah seseorang dari KBRI mengajak saya keluar sendiri dan yang lain menunggu di bandara. Disediakan saya makanan yang enak-enak, dibelanjakan saya belaja yang luar biasa, ini saya baru pertama mengucapkan Ya Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas. Kedua datang Syekh Ibrahim, saya teriak lagi, "Saya tidak punya duit, saya mau berangkat ke Indonesia tidak punya duit. duit darimana pada waktu itu." Saya teriak lagi "Ya Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas" datang Syekh Ibrahim bawa uang untuk saya dan kedua orang yang ikut dengan saya
Syekh Ibrahim: "Ya Hasan, Saya disuruh saya punya ibu untuk menemukan antum."
Syekh Ibrahim berlari dari tarim ke san'ah seperti dari Jakarta ke Surabaya. Dia menggunakan mobil melewati padang pasir semata-mata hanya ingin bertemu dengan saya dan itu cuman membawa uang ke saya. Setelah itu dia pulang kembali. Ini kramatnya Habib Umat bin Abdurrahman Al Attas. Kramatnya berlanjut ketika masuk di dalam pesawat. Itu pesawat namanya pesawat yaman kalau kita jatuh mati kita. Ketika perjalanan menuju indonesia pesawat itu melewati laut yang begitu panjangnya. Pesawat itu turbulens teriak semua Ya Allah yang ada di pesawat dan ketika itu saya teriak Ya Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas.. itu pesawat sudah terbang rendah mendekati laut, tinggal menunggu masuk kedalam laut.
Berkahnya Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas, itu pesawat naik lagi ke atas sampai tidak ada goyangan atau turbulensi lagi.
Saya cuman inget perkataan nenek saya kalau ada masalah ucapkan, Ya Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas.
3 kali Allah buktikan waktu itu kemuliaan Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas.
Pertama, Saya kedatangan KBRI disediakan makanan yang enak dan diberikan hadiah yang bagus.
Kedua, Saya dikasih tiket pesawat tiga-tiganya tidak bayar dan diantarkan sama orang.
Ketiga, Saya diselamatkan dari kematian.
Inilah adalah kemuliaan dari karomah Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas. Intinya tidak semua bisa mendapatkan karomah kalau kita tidak yakin dengan auliya-auliyanya Allah SWT. Dan bagaimana kita bisa yakin jika kita tidak sering berhubungan dengan mereka.