Perlu kita ketahui diantara sebab-sebab terjadinya hasad, adalah :
- Permusuhan dan kebencian.
- Cinta dunia terutama terkait dengan kekuasaan dan kepemimpinan.
- Pelit membagi kebaikan pada orang lain.
- Lemahnya iman.
- Kesombongan.
- Tidak ingin dikalahkan yang lain.
- Takut disaingi.
- Takut diejek orang lain.
Adapun cara menghadapinya:
Pertama: Bertawakal kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Kedua: Bertakwa kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 120)
Ketiga: Meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan orang yang hasad.
Dari hadits Mu’adz bin ‘Abdillah bin Khubaib dari bapaknya, ia berkata, “Kami pernah keluar pada malam yang hujan dan sangat gelap. Kami meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mau mendoakan kebaikan untuk kami. Kami pun mendapati beliau.
Beliau berkata, ‘Ucapkanlah’. Aku tidak mengucapkan apa pun. Beliau berkata lagi, ‘Ucapkanlah’. Aku pun tidak mengucapkan apa pun. Beliau berkata lagi, ‘Ucapkanlah’. Aku lantas bertanya, “Apa yang mesti aku ucapkan?’ Beliau menjawab,
قُلْ (هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَتُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ
‘Bacalah: surah Al-Ikhlas, lalu surah al-mu’awwidzatain (surah Al-Falaq dan An-Naas) ketika petang dan pagi sebanyak tiga kali, maka itu akan mencukupimu dari segala sesuatu.’” (HR. Tirmidzi, no. 3575).
Salafus sholeh hafizhahullah mengatakan, “Benteng yang paling kuat untuk melindungi diri dari kejahatan orang yang hasad adalah dengan berpegang pada Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu meminta perlindungan kepada Allah Rabb semesta alam.”
Keempat: Jangan beritahu orang yang hasad tentang nikmatmu.
Coba ambil pelajaran dari apa yang dikatakan oleh Nabi Ya’qub pada putranya Nabi Yusuf ‘alaihimas salam,
قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَىٰ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.” (QS. Yusuf: 5)
Dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang mimpi baik dan mimpi buruk,
« الرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ مِنَ اللَّهِ ، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يُحِبُّ فَلاَ يُحَدِّثْ بِهِ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ ، وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَلْيَتْفُلْ ثَلاَثًا وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ »
“Mimpi yang baik itu dari Allah. Jika salah seorang di antara kalian bermimpi sesuatu yang disenangi, janganlah menceritakannya selain pada orang yang menyukai saja. Namun, jika bermimpi yang tidak disukai, mintalah perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi tersebut dan juga dari kejahatan setan. Kemudian, meludahlah sebanyak tiga kali dan jangan menceritakan hal tadi kepada seorang pun. Karena mimpi tersebut tidak akan memudaratkan orang yang bermimpi tadi.” (HR. Bukhari, no. 7044 dan Muslim, no. 2261, dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu)
Kelima: Jangan ambil peduli dengan orang yang hasad, sibukkan diri dan tidak banyak memikirkan dia.
Salafus sholeh rahimahullah secara ringkas mengatakan bahwa jika ada yang hasad pada kita, tidak usah dipedulikan, tidak perlu takut, dan hati kita tidak usah memikirkan dia
Keenam: Menghadap dan ikhlas kepada Allah, dengan menyibukkan hati untuk mencintai, ridho, dan bertaubat kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ , إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS. An-Nahl: 99-100)
Ketujuh: Tabah (sabar) dalam menghadapi orang yang hasad.
Allah Ta’ala berfirman,
۞ ذَٰلِكَ وَمَنْ عَاقَبَ بِمِثْلِ مَا عُوقِبَ بِهِ ثُمَّ بُغِيَ عَلَيْهِ لَيَنْصُرَنَّهُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ
“Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Hajj: 60).
Jika Allah benar-benar memberikan jaminan, padahal ia telah membalas sesuai dengan haknya. Bagaimana lagi jika seseorang yang tidak membalas sama sekali, berarti ia bersabar, ia terus dizalimi dan ia mau bersabar. Bukankah kita tahu sendiri bahwa hukuman bagi orang yang bertindak zalim dan memutus silaturahim itu lebih cepat mendapatkan hukuman.
Ingatlah bahwa sudah jadi sunnatullah:
لَوْ بَغَى جَبَلٌ عَلَى جَبَلٍ جَعَل َالبَاغِي مِنْهُمَا دَكًّا
Jika satu gunung menzalimi gunung yang lain, salah satu yang zalim nantinya akan rata dengan tanah. Ini yang disebutkan salafus sholeh.
Kedelapan: Berbuat baik pada orang yang hasad.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ, وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ , وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fussilat: 34-36).
Juga dalam ayat,
أُولَٰئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.” (QS. Al-Qasas: 54)
Lihat pula bagaimana sikap para nabi ketika mereka disakiti dan dizalimi oleh kaumnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri saat perang Uhud malah berdoa,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
“Ya Allah ampunilah kaumku karena mereka sejatinya tidak mengetahui.” (HR. Bukhari, no. 3477 dan Muslim, no. 1792).
Doa ini mengandung pelajaran bagaimanakah keburukan dibalas dengan kebaikan dalam empat bentuk:
أَحَدُهَا عَفْوُهُ عَنْهُمْ وَالثَّانِي اِسْتِغْفَارُهُ لَهُمْ الثَّالِثُ اِعْتِذَارُهُ عَنْهُمْ بِأَنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ الرَّابِعُ اِسْتِعْطَافُهُ لَهُمْ بِإِضَافَتِهِمْ إِلَيْهِ
1. Memaafkan.
2. Memintakan ampun untuk yang berbuat zalim.
3. Memberikan uzur pada mereka karena mereka tidak tahu.
4. Para nabi itu begitu sayang dan simpati pada kaumnya sendiri karena mereka tetap menyatakan itu kaumnya.
Empat hal di atas disampaikan oleh Salafus sholeh
Kesembilan: Segera bertaubat atas dosa.
Kesepuluh: Orang yang hasad itu mandi dan airnya disiramkan pada orang yang kena hasad.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا
“‘Ain itu benar adanya. Segala sesuatu terjadi dengan takdir, termasuk pula ‘ain terjadi dengan takdir. Apabila kalian diminta untuk mandi (karena memberi dampak ‘ain), maka mandilah.” (HR. Muslim, no. 2188.).
Kesebelas: Lakukan ruqyah syar’iyyah.
Kedua belas: Memiliki iman dan tauhid yang kuat.
Cara menghadapi hasad ini diringkas dari beberapa kitab orang-orang sholeh dan ahli hikmah
Semoga bahasan hasad ini bermanfaat. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat hasad.