Tak terasa kita telah memasuki penghujung bulan Sya’ban. Sebentar lagi kita akan kedatangan bulan Ramadhan.
Setelah sekian lama berpisah, kini Ramadhan kembali akan hadir di tengah-tengah kita. Bagi seorang muslim, tentu kedatangan bulan Ramadhan akan disambut dengan rasa gembira dan penuh syukur, karena Ramadhan merupakan bulan maghfirah, rahmat dan menuai pahala serta sarana menjadi orang yang muttaqin.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita melakukan persiapan diri untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan, agar Ramadhan kali ini benar-benar memiliki nilai yang tinggi dan dapat mengantarkan kita menjadi orang yang bertaqwa.
Bekal persiapan itu,
PERTAMA BEKAL ILMU
Persiapan keilmuan memahami fikih puasa.
Sebagaimana perkataan Imam Al-Bukhory dalam shohihnya,
العلم فبل القول والعمل
"Ilmu itu harus ada sebekum berbicara dan beramal".
Mu’adz bin Jabal berkata: ”Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah ibadah”.
Salafus sholeh mengomentari atsar diatas, ”Orang yang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya”.
Oleh karena itu, suatu amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu, maka kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya. Maka dalam hal ini, hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui cara berpuasa yang benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
KEDUA DOA
Doa kepada Allah, sebagaimana yang dicontohkan para ulama salafusshalih.
Mereka berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan sebelumnya dan selama enam bulan berikutnya mereka berdoa agar puasanya diterima Allah, karena berjumpa dengan bulan ini merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah.
Mu’alla bin al-Fadhl berkata,
“Dulunya para salaf berdoa kepada Allah selama enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya selama enam bulan berikutnya agar Dia menerima amal-amal shaleh yang mereka kerjakan”
KETIGA BERSYUKUR
Allah berfirman:
قلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa mereka yang kumpulkan (dari harta benda). (Yunus: 58)
Yang dimaksud dengan “karunia Allah” pada ayat di atas adalah Al-Qur’anul Karim .
Bulan Ramadhan dinamakan juga dengan Syahrul Qur’an (Bulan Al Qur’an). Karena Al-Qur’an diturunkan pada bulan tersebut dan pada setiap malamnya Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah untuk mengajari Al-Qur’an kepada beliau. Bulan Ramadhan dengan segala keberkahannya merupakan rahmat dari Allah. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dan lebih berharga dari segala perhiasan dunia.
As-Sa’di berkata dalam tafsirnya: “Bahwasannya Allah memerintahkan untuk bergembira atas karunia Allah dan rahmat-Nya karena itu akan melapangkan jiwa, menumbuhkan semangat, mewujudkan rasa syukur kepada Allah, dan akan mengokohkan jiwa, serta menguatkan keinginan dalam berilmu dan beriman, yang mendorang semakin bertambahnya karunia dan rahmat (dari Allah). Ini adalah kegembiraan yang terpuji. Berbeda halnya dengan gembira karena syahwat duniawi dan kelezatannya atau gembira diatas kebatilan, maka itu adalah kegimbiraan yang tercela. Sebagaimana Allah berfirman tentang Qarun,
لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
“Janganlah kamu terlalu bangga, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri.” (Al Qashash: 76)
KEEMPAT MENYIAPKAN MENTAL SEJAK SYA'BAN
Dalam riwayat Usama bin Zaid رضي الله عنه dikatakan,
“Aku bertanya kepada Rasul, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya’ban?’
Beliau menjawab, ‘Sya’ban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat (ke langit) oleh Allah dan aku menyukai pada saat amal diangkat aku dalam keadaan berpuasa’.” (HR. An-Nasa’i).
Sya’ban adalah bulan penutup rangkaian puasa sunah bagi Rasulullah sebelum berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Jika Rasul telah mempersiapkan penyambutan Ramadhan dengan berpuasa, maka hendaknya kita juga mencontohnya
KELIMA TARGIB DENGAN KEDATANGANNYA
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda kepada para sahabatnya,
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah. Bulan yang Allah jadikan puasa di dalamnya fardhu (kewajiban). Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dibelenggu pemimpin setan, dan di dalamnya Allah memiliki 1 malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang diharamkan dari kebaikannya maka sungguh dia telah-benar-benar diharamkan kebaikan.” (HR. Al-Nasai)
Seorang ahli hadits berkata: Hadits ini dasar dalam tahniah dari sebagian manusia kepada sebagian yang lain dengan datangnya bulan Ramadhan, bagaimana seorang mukmin tidak bergembita dengan dibukakanya pintu-pintu surga? Bagaimana seorang pendosa tidak bergembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Bagaimana orang berakal tidak bergembira dengan masa yang syetan dibelengg di dalamnya?”
Karenanya, seorang mukmin pantas bergembira dengan datangnya bulan (Ramadhan) ini. Ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal shalih di dalamnya. Ia bergembira dengan kedatangannya sebagaimana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan kegembiraan kepada sahabatnya dengan kedatangan bulan mulia ini.
KEENAM MENJAGA HATI
Dengan menjaga hati terhadap kaum muslimin. Yakni jangan sampai ada kebencian dan permusuhan antara kita dan saudara muslim kita.
Rasulullah صلى تلله عليه وسلم bersabda,
إِنَّ اللهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مَشَاحِن
“Sesungguhnya Allah menilik pada malam nishfu (pertengahan) Sya'ban, lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang cekcok/permusuhan terhadap saudaranya.” (HR. Ibnu Majah)
KETUJUH BERGEMBIRA DENGAN KEDATANGAN RAMADHAN
Maka apabila telah tampak hilal bulan Ramadhan, berdoalah pada Allah.
Sebagaimana yang diajarkan oleh para Salaf,
الله أكبر اللهم أهله علينا بالأمن والإيمان والسلامة والإسلام , والتوفيق لما تحب وترضى ربي وربك الله
“Allah Maha Besar, ya Allah terbitkanlah bulan sabit itu untuk kami dengan aman dan dalam keimanan, dengan penuh keselamatan dan dalam keislaman, dengan taufik agar kami melakukan yang disukai dan diridhai oleh Rabbku dan Rabbmu, yaitu Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan Ad-Darimi)
Allahumma Barik Lana fi Sya'ban, wa ballighna ramadhan.